Garut (ANTARA News) - Pecinta alam asal Tangerang Banten, Reni Komalasari(18) diduga kuat tersesat dan jatuh dari tebing berketinggian ratusan meter di puncak "Bayangan" (Bohong) gunung Cikuray kabupaten Garut, Jawa Barat.
Meski upaya pencarian terus dilakukan sejak tiga hari lalu, namun baru diketahui jejak sepatu yang terpeleset pada lokasi berketinggian 2.600 mdpl itu, ungkap Komandan Komunikasi Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung "WANADRI" Bandung, Ephy Radiana saat ditemui ANTARA News di Posko kampung Pamoyanan (1.296 mdpl), Sabtu sore.
WANADRI menurunkan dua regu pencarian beranggotakan 14 personil, sejak Sabtu dini hari melaksanakan penyisiran di lokasi yang dicurigai serta kawasan sekitarnya, menyusul gunung Cikuray yang memiliki puncak tertinggi 2.820 mdpl tersebut, sangat lebat ditumbuhi kayu campuran beradius 60 kilometer persegi, katanya.
Kondisi cuaca yang sangat cepat berubah-ubah, merupakan kendala utama pencarian itu. Cuaca cerah dalam waktu lima menit bisa mendadak tertutupi kabut tebal disertai hujan deras, sehingga sangat menghalani daya pandang dengan rata-rata temperatur udara 15 derajat Celsius.
Semula kelompok pecinta alam dari Tangerang Banten itu, beriringan dengan 13 personil namun kemungkinan terjadi konflik sesaat, sehingga ketika mereka menuruni Cikuray menjadi dua regu, regu Reni beranggotakan lima personil sedangkan regu lainnya delapan personil.
Dikabarkan Reni kelelahan dan terduduk di seputar puncak Bohong, tiga rekannya mencari air sedangkan seorang lagi atas nama Asep Saefullah(19) sempat menunggui Reni, tetapi kemudian meninggalkannya mencari ketiga rekannya yang mencari air.
Saat ketiganya kembali ke lokasi ternyata Reni Komalasari tak ada lagi di tempat terjadi pada 20 Desember 2009, kemudian orang tua Reni melaporkan kepada Polres Garut pada 14 Januari 2010, katanya.
Hingga kini Reni Komalasari telah 27 hari masih raib di hutan belantara gunung tersebut, yang kemungkinan pula menjadi korban lintasan patahan di punggung gunung, yang biasanya kerap dianggap jalan setapak, ujar Ephy Radiana.
Dia mengatakan kelompok pecinta alam dari Tangerang Banten itu, selain tak melengkapi dirinya dengan peralatan pendakian serta akomadasi, juga tak membawa peralatan komunikasi pendakian berketinggian ribuan mdpl, bahkan mereka tak terlatih melainkan hanya ikut mode mendaki gunung, katanya.
Saat ini sekurangnya 150 personil dari berbagai institusi resmi masih terus melakukan pencarian, diantaranya dari Polres Garut, Polsek Cilawu dan Bayuresmi, Bataliyon 303 SSM Cibuluh, Perhutani KPH Garut, dua unit Satuan Brimob Polda Jabar serta kalangan pecinta alam dan pendaki gunung lainnya.
Kapolsek Cilawu AKP Haryadi mengemukakan, apapun alasannya Asep Saefullah sama sekali tidak dibenarkan meninggalkan Reni Komalasari seorang diri, apalagi dalam kelompok pencinta alam itu hanya Reni satu-satunya perempuan.
Dia mengatakan, upaya pencarian pun sangat sulit dilakukan dengan pesawat helikopter, karena kondisi cuaca yang selalu sangat cepat berubah setiap harinya
Posko di kampung Pamoyanan, juga saat ini mendesak segera didirikannya dapur umum hingga tuntasnya upaya pencarian, ungkap Haryadi selaku penanggungjawab.(*)
Sumber : ANTARA News
Showing posts with label west java. Show all posts
Showing posts with label west java. Show all posts
Sunday, January 17, 2010
Monday, February 2, 2009
WAYANG GOLEK

WAYANG GOLEK adalah sebuah bentukan wayang tradisional seni Sunda, Jawa Barat. Tidak seperti wayang kulit yang biasa ditemui di daerah Jawa lainnya dan Bali, wayang ini terbuat dari kayu, sebuah objek tiga dimensi dan tidak menggunakan layar. Digunakan batang pohon pisang untuk tempat berdirinya wayang-wayang, di mana di belakangnya duduk seorang dalang yang ditemani sekelompok penabuh gamelan (nayaga) di mana jumlahnya bisa mencapai 20 orang. Para nayaga itu dikomandoi oleh dalang dengan memberikan tanda-tanda ketukan (kecrek) sesuai dengan keadaan cerita yang sedang berlangsung.
Biasanya pertunjukkan wayang golek memakan waktu selama 6 jam pada malam hari, disaksikan para penonton dari segala kalangan. Awal mulanya pertunjukkan wayang digelar untuk acara syukuran, berterima kasih atau memohon perlindungan atas panen atau dari gangguan hal-hal jahat. Namun sekarang digelar pada acara khitanan atau pernikahan atau bahkan acara ulang tahun perusahaan atau instansi. Pertunjukkan wayang golek menjadi acara sosial seperti sebuah bazaar di mana di sekitar tempat acara selalu dipenuhi oleh para pedagang makanan atau aksesoris maupun alat-alat rumah tangga, dan para penonton bisa datang dan pergi sesukanya, melihat atau mendengar dari berbagai arah sudut pandang. Mereka menikmati adegan bodoran atau lawakan, di mana sering dipertontonkan aksi-aksi gila dan sindiran-sindiran yang diperagakan dalang.
Ada yang menyebutkan bahwa wayang berasal dari India. Hal ini tidak begitu benar, karena wayang itu adalah kebudayaan asli Indonesia (Jawa). Wayang, berasal dari kata Wa dan Hyang yang artinya nenek moyang. Namun ada juga yang menganalisa bahwa kata wayang berasal dari kata bayang. Cerita-ceritanya mengambil dari buku-buku agama Hindu, yakni dari Ramayana dan Mahabrata. Meskipun mengambil dari buku-buku tersebut, namun oleh para seniman Sunda sebagian dikurangi dan ditambah, supaya selaras dengan kebudayaan Indonesia (Islam). Dikarenakan adanya perubahan tersebut tentu akan menyimpang dari cerita asalnya.
Enam jam pertunjukkan wayang golek tidak menceritakan keseluruhan cerita. Bahkan dalam satu pertunjukkan terkadang diambil hanya sebagian kecil dari keseluruhan cerita dan terdapat banyak cerita di dalam cerita. Terkadang dibuat cerita-cerita baru (sempalan), tetapi tetap pada jalur karakter aslinya (pakem). Setelah cerita baru itu dipertontonkan selama beberapa tahun, terkadang menjadi bagian dari cerita asli di mana dalang-dalang yang lainnya juga mempertontonkan cerita tersebut. Alur cerita wayang golek seperti pohon dimana selanjutnya banyak cabang-cabang cerita dari alur cerita keseluruhan sesungguhnya.
Di Indonesia banyak masyarakat mengenal beberapa tipe karakter wayang dengan melihat dari ukuran, warna, bentuk mata dan hidungnya, dan cara dia berjalan, bicara, menyanyi, menari dan berkelahi. Sebuah bentuk karya seni yang tinggi dan terus tumbuh berkembang dengan pesat, menampilkan simbol filosofi di dalamnya untuk semua kalangan, kaya dan miskin, politisi, artis dan lain sebagainya.
- (indigomoontheatre.com & jati sampurna) -
Tuesday, December 9, 2008
Kacapi Suling

Kacapi Suling merupakan perangkat waditra Sunda yang terdapat hampir di setiap daerah di Tatar Sunda. Waditranya terdiri dari Kacapi dan Suling. Kacapinya terdiri dari Kacapi Indung atau Kacapi Parahu atau Kacapi Gelung.
Selain disajikan secara instrumentalia, Kacapi Suling juga dapat digunakan untuk mengiringi Juru Sekar yang melantunkan lagu secara Anggana Sekar atau Rampak Sekar. Lagu yang di sajikannya di antaranya : Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain sebagainya.
Laras yang di pergunakannya adalah laras Salendro, Pelog atau Sorog. Berbeda dengan sebutan Kacapi Suling atau Kacapian bila menggunakan Kacapi Siter. Sudah lazim selain Kacapi Siter dan Suling di tambah pula 1 (sate) set Kendang dan 1 (satu) set Goong. Laras yang di pergunakannya sama seperti laras yang biasa di pergunakan pertunjukan Kacapi Suling yang mempergunakan Kacapi Parahu yaitu" laras Salendro, Pelog, Sorog. Kecapi Suling yang mempergunakan Kecapi Siter, selain menyajikan instrumentalia juga di pergunakan untuk mengiringi nyanyian (kawih) baik secara Anggana Sekar maupun secara Rampak Sekar.
Lagu-lagu yang disajikan secara Anggana Sekar yaitu seperti : Malati di Gunung Guntur, Sagagang Kembang Ros dan lain sebagainya. Sedangkan untuk Rampak Sekar di antaranya Seuneu Bandung, Lemah Cai dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya baik Kacapi Suling yang menggunakan Kacapi Parahu maupun Kacapi Sitter, sexing di pergunakan untuk mengiringi Narasi Sunda dalam acara Ngaras dan Siraman Panganten Sunda, Siraman Budak Sunatan, Siraman Tingkeban. Selain instrumentalia disajikan pula lagu-lagu yang rumpakanya disesuaikan dengan kebutuhan acara yang akan di laksanakan. Lagu yang disajikan diambil dari lagu-lagu Tembang Sunda
Seperti diantaranya Candrawulan, Jemplang Karang, Kapati-pati atau Kaleon dan lain sebagainya. Ada pula yang mengambil lagu-lagu kawih atau lagu Panambih pada Tembang Sunda seperti di antaranya Senggot Pangemat, Pupunden Ati dan lain sebagainya.
Disamping perangkat Kecapi dan Suling ada pula perangkat Kecapi Biola dan Kecapi Rebab yang membawakan lagu-lagu yang sama. Dalam penyajiannya, Kecapi memainkan bagian kerangka iramanya sedangkan bagian lagunya di mainkan oleh Suling, Biola atau Rebab. Adapun tangga nada atau laras yang dalam Karawitan Sunda di sebut dengan Surupan, ada pula yang di sebut dengan Salendro, Pelog dan Sorog.
Kacapi Suling kini banyak di gemari para Kawula Muda, baik di pedesaan mau pun di perkotaan. Karena untuk mempelajarinya bisa meniru dari kaset rekaman Kacapi Suling yang banyak beredar di masyarakat.
Khusus untuk alat kecapinya, saat ini sering digunakan oleh beberapa group seni "lawak" sebagai pengiring. Seperti halnya yang sering dilihat, pada pertunjukan "Mang Ukok". Kecapi menjadi pelengkap utama yang lantunannya tidak saja mengiringi lagu-lagu Sunda, tapi juga lagu asing.
(Sumber : www.westjavatourism.com)
Download Kacapi Suling
Track 1
Track 2
Track 3
Track 4
Track 5
Track 6
Track 7
Track 8
Wednesday, November 12, 2008
Bandung - Indonesia
Bandung
Bandung is the capital of West Java province, Indonesia. It lies on the main island of Indonesia, the island of Java at a height of 768 meters above sea level, 6 ° 55 'S 107 ° 36' E.
Bandung is surrounded by mountains and in the heart of the prehistoric lake.
How to get in Bandung
As one of the main cities in Indonesia, Bandung can be achieved in many other cities in Indonesia and other islands such as Sumatra, Bali and Borneo (Kalimantan). In Asia, Bandung can be reached directly from Malaysia and Singapore. See how there
Bandung "doeloe"
"De Grote Postweg" 's capital, Regency Bandung is moving "Dayeuh Kolot" Cikapundung in Riverside (near Alun Alun-now) and Parakan Muncang to Andawadak Regency (Tanjung Sari now). This provision is based on article "Sadjarah Soemedang Djaman Koempeni Toeg Nepi Ka Kiwari" by Raden Asik Natanegara. At the beginning of Bandung was thats constract Forest, a small village.
March in Bandung
The largest part of Bandung is located south of the railroad, the city from east to west. Most banks, airlines, tourism offices and 5-star hotels are located here, with Alun Alun, as the main square in the cities will be in Indonesia. The main road, Jalan Asia-Africa, is in this part of the city, such as Jalan Braga, which was the market up during the colonial era and is now the heart of the nightlife of Bandung. Most of the city, the budget for each accommodation and many of its major centers are also in this area.
On the other side of the railway are the elegant residential neighborhood near Old Dutch, with its large roads of trees, gardens and parks. The metropolitan area extends north along two parallel blood, Jalan Jalan Setiabudi and Juande for the hills of Dago. The offices in the province of West Java, the government, the Bandung Institute of Technology and Zoo are in this area.
Despite Bandung is only about 200 years, the many historic sites and cultural, not less than its museums and the architecture of the Art Deco.
For more information
Tuesday, November 11, 2008
Potensial of Forest Resource in Indonesia
Biodiversity : Remarkable Natural Wealth.
We have to be graceful that Indonesia is situated on equator and has avast and dense tropical forest. Hence, Indonesia has numerous natural resources with its valuable biodiversity, not only for Indonesia nation, but also for the international society in general. The Indonesian tropical forest is in the third rank (based on on area) after Brazil and Zaire.
Indonesia archipelago spreads over 5000km along the equator. Biogeographically, this country is affected by Indomalayan plain at the west side and Australasian at the east, on that account specifically Indonesia biogeography can be divited into seven main regions : Sumatera, Jawa - Bali, Borneo (including Natuna and Anambas), the Lesser Sundas (including Wetar & Tanibar), Celebes, Moluccas and New Guinea (including Aru and Kai islands). The Lesser Sundas, Celebes, and Moluccas are considered transitional region between Indomalayan and Australasian plains.
Amongst the 17000 islands in the archipelago, many of the have been separated from the main plains for thousands of years. Thus, these islands exhibit unique characteristics, and the have high entemism. This is one factor why Indonesia is rich species. Although Indonesia occupies only 1,3% of the global area, this country is endowed with abundant natural wealth. The abundance is indicated by the existence of a 10% of the total flowering plants in the world, 12% of the total mammal species, 16% of the total bird species, and 25% of the fish species in the world.
From book of : Sustainable Forest Development as Reflection of Faith and Piety

Indonesia archipelago spreads over 5000km along the equator. Biogeographically, this country is affected by Indomalayan plain at the west side and Australasian at the east, on that account specifically Indonesia biogeography can be divited into seven main regions : Sumatera, Jawa - Bali, Borneo (including Natuna and Anambas), the Lesser Sundas (including Wetar & Tanibar), Celebes, Moluccas and New Guinea (including Aru and Kai islands). The Lesser Sundas, Celebes, and Moluccas are considered transitional region between Indomalayan and Australasian plains.
Amongst the 17000 islands in the archipelago, many of the have been separated from the main plains for thousands of years. Thus, these islands exhibit unique characteristics, and the have high entemism. This is one factor why Indonesia is rich species. Although Indonesia occupies only 1,3% of the global area, this country is endowed with abundant natural wealth. The abundance is indicated by the existence of a 10% of the total flowering plants in the world, 12% of the total mammal species, 16% of the total bird species, and 25% of the fish species in the world.
From book of : Sustainable Forest Development as Reflection of Faith and Piety
Tag :
archipelago,
biodiversity,
Biogeographically,
forest,
Indonesia,
island,
west java
Subscribe to:
Posts (Atom)